Masa Kecil
Bagian Kedua
Negeri Atas Awan
"..Kau mainkan untukku sebuah lagu tentang negeri di awan,dimana kedamaian menjadi istananyadan kini telah kau bawa aku menuju kesana..."
Angin menuruni gunung dengan tergesa. Membawa dingin yang ditemuinya diujung arah. Angin berkelok-kelok. Melewati pepohonan, melewati kebun, melewati jalanan. Angin masuk kerumah-rumah. Menembus sampai kedalam selimut. Menggoda tubuh yang meringkuk dingin di dalamnya.
Angin malu-malu menari di kaki gunung. Gunung Sindoro tampak seperti sedang telanjang. Tanpa awan. Tanpa halimun. Megah. Sedang matahari baru beranjak dari cakrawala. Memainkan cahayanya diantara embun, lalu mengajaknya pergi. Matahari selalu begitu, selalu cepat berlari dari cakarawala. Meninggalkan pagi sibuk sendiri.
Di seberang terlihat gugusan gunung berjajar tinggi. Benteng alam yang seperti diletakkan berserakan. Namun tetap terlihat seakan berhubungan satu sama lain. Dataran tinggi itu katanya tempat para dewa tinggal.
...
oi.. oi.. bangun.. bangun..
*ngucek-ngucek mata *mengecilkan suara musik..
Ehm.. Baiklah.. sepertinya lagu tadi sudah membuatku tertidur. *merapikan baju nggak bisa lihat bantal si.. wkwkwk.. Dan sepertinya yang ku mimpikan adalah tempat yang mau aku ceritakan, tempat dimana aku dibesarkan.. mana itu? Tempat yang biasa ku sebut "Negeri Atas Awan" atau bahkan "Enzer". *ambil golok *lihat kanan kiri apa ada yang protes. wah curang dia. Oke nggak protes, tapi ada alasannya kan atau cuma asal aja? Hmm.. kenapa ya? wkwkwk coba aku ingat-ingat.
pertama.. Desaku terletak sekitar pada ketinggian 1300 m diatas permukaan laut. Dan berada tepat di kaki gunung Sindoro. wah mencrit dong wkwkwk. haish *lempar kuaci. Desaku itu bernama Tlogomulyo. Dinamai begitu karena memang disini terdapat sebuah tlogo (telaga) yang banyak dimanfaatkan warga. Walaupun sekarang tlogo itu sudah mengalami penyempitan dan pendangkalan karena lumpur yang dibawa oleh mata air telaga tersebut. Dan juga warga yang mengambil air langsung dengan cara membuat penampung di sumber mata air telaga tersebut. wah sayang ya.. iya padahal masih terbayang rasanya berenang disitu lho bukannya kamu nggak bisa berenang *ups
Karena ketinggian yang dimilikinya serta letaknya yang berada dikaki Gunung Sindoro, pada sore hari sering kali kabut menyelimuti daerah ini. *sebenarnya aku lebih suka menyebutnya halimun. kenapa? suka aja :p Bahkan saking seringnya, orang-orang luar daerah yang pernah lewat sekitar sini pasti akan langsung ingat dengan kabut itu. Aku masih ingat bagaimana aku harus sangat berhati-hati saat mengendarai motor dengan jarak pandang yang hanya beberapa meter itu. wah wah wah
Aku yakin kabut ini kalo dilihat dari tempat yang lebih rendah pasti terlihat sebagai awan. Itu kenapa aku menyebutnya "negeri atas awan". oh gitu toh alasannya. *manggut-manggut
kedua.. Siapa yang tidak suka dengan kampung halamannya sendiri? Entah seperti apapun itu, tempat itu tetaplah tempat dimana kita pernah menghabiskan sebagian waktu kita. Atau mungkin hampir semua waktu kita. Seberapa tidak nyaman pun tetap saja banyak kenangan yang kita miliki di tempat itu. Bahkan mungkin saja di tempat inilah lahir mimpi dan harapan-harapan kita. emm iya juga ya. trus apa hubungannya dengan enzer?
Begini dalam novel Edensor, Ikal punya ikatan yang sangat kuat dengan tempat yang bernama Edensor. Disetiap dia berada pada titik jemu atau jenuh dalam hidupnya. Saat dia tidak bersemangat atau butuh dorongan. Maka dia akan membaca novel yang membawanya menuju Edensor tempat yang membuatnya selalu merasa nyaman. yang bener? Kalo nggak salah inget si gitu.wkwkwk. Jadi kamu memposisikan kampungmu seperti itu? yaps tepat sekali kawan. Itu yang kulakukan. Seringkali saat aku merasakan jemu atau jenuh atau ketika semangat entah menghilang kemana maka tempat yang kubayangkan adalah kampung halamanku ini. Negeri Atas Awan. Enzerku.
Begini dalam novel Edensor, Ikal punya ikatan yang sangat kuat dengan tempat yang bernama Edensor. Disetiap dia berada pada titik jemu atau jenuh dalam hidupnya. Saat dia tidak bersemangat atau butuh dorongan. Maka dia akan membaca novel yang membawanya menuju Edensor tempat yang membuatnya selalu merasa nyaman. yang bener? Kalo nggak salah inget si gitu.wkwkwk. Jadi kamu memposisikan kampungmu seperti itu? yaps tepat sekali kawan. Itu yang kulakukan. Seringkali saat aku merasakan jemu atau jenuh atau ketika semangat entah menghilang kemana maka tempat yang kubayangkan adalah kampung halamanku ini. Negeri Atas Awan. Enzerku.
2 komentar:
sindoronya sedang bergejolak
hooh nggi.. :(
Posting Komentar
Sepatah komentar anda sangat bermanfaat bagi saya. *senyum lima belas centi*