Seperti teko dan gelas. Ya begitu pesan yang sering ku dengar ketika akan memulai sebuah pembelajaran. Teko menggambarkan pengajar, sedangkan murid diibaratkan sebagai gelas. Analogi yang tepat menurutku karena darinya terdapat banyak 'syarat' mengenai bagaimana proses pembelajaran itu terjadi. Paling tidak ada yang bisa kutangkap:
1. Membuka hati dan pikiran.
Gelas sebelum bisa diisi dianya haruslah dibuka. Yang menutupinya haruslah dipinggirkan telebih dahulu. Ini merupakan syarat awal bagaimana ilmu bisa berpindah, kita mesti membuka hati dan pikiran kita. Meninggalkan segala hal yang menutup hati dan pikiran kita.
2. Bersihkan hati dan pikiran
Gelas yang hendak diisi air tentunya haruslah bersih. Entah itu oleh debu atau mungkin sisa perjamuan sebelumnya. Bahkan sisa susu pun bisa jadi tidak sehat jika telah cukup lama berada di gelas. Begitu juga dengan pembelajaran, hati dan pikiran yang bersih akan dapat menerima ilmu menjadi sesuatu yang bersih pula.
3.Mengosongkan gelas.
Bila gelas sudah terbuka dan ianya bersih namun ternyata sudah berisi tentunya tidak akan bisa menampung lagi apa-apa yang akan diberi oleh teko. Dan dalam proses pembelajaran ini juga penting, mungkin saja murid sudah pernah mempelajari apa-apa yang sedang dibahas akan tetapi ia mesti rela 'mengosongkan' dulu gelasnya agar mendapatkan ilmu yang lebih.
4.Gelas haruslah di bawah teko
Ini yang menurutku paling penting. Sepintar apapun murid jika dia menempatkan dirinya lebih tinggi dari pada guru maka dia tidak akan memperoleh apa-apa. Hanya yang mau rendah hati menempatkan dirinya di bawahlah yang akan mendapat 'kucuran' ilmu dari sang guru.
Sebenarnya masih banyak yang bisa diambil dari filosofi teko dan gelas, tapi 4 hal itu menurutku sudah mewakili. Ya sebagai murid mari menempatkan diri sebagai gelas yang bersih, tebuka, kosong dan rendah hati. Semangat.
Sumber Foto : motivasihidupsukses.wordpress.com
0 komentar:
Posting Komentar
Sepatah komentar anda sangat bermanfaat bagi saya. *senyum lima belas centi*