Facebook menjamur,, seperti di musim hujan banyak orang mulai menjadikan Facebook sebagai "sesuatu yang tak boleh terlewatkan hari ini".. Ketika orang-orang kesulitan menyambung hubungan yang lama terputus,, mencari teman atau mencari jodoh lewat dunia nyata.. Di dunia
maya Facebook dengan segala fasilitasnya memberikan jawabannya.. Tak hanya teman baru teman yang lama tak bertemu pun bisa bertemu.. Tapi apa hanya cerita-cerita manis saja yang dihadirkan Facebook.. Kita simak curhatan yang saya cuplik dari kompas.com berikut ini..
Kasus 1:
”Ibu, sudah dua tahun ini saya merasa tidak berdaya, merasa hampa, enggan melakukan apa pun, malas, tidak tahu apa yang sebenarnya diharapkan dari hidup ini. Kadang tersirat keinginan untuk mati saja, rasanya hidup saya tidak berharga lagi. Saya merasa teman-teman hanya mengambil manfaat atas hidup saya, dan tidak satu teman pun yang betul-betul mengerti saya.
Walaupun umur saya sudah 30 tahun, saya tidak pernah berniat untuk mencari pacar dari dunia maya, tetapi orang ini terus-menerus menghubungi saya sehingga lama-lama saya jadi terbiasa setiap hari sekitar satu-dua jam berkomunikasi melalui FB dan akhirnya juga menggunakan SMS. Lama-kelamaan saya merasa nyaman punya teman yang setiap pulang kantor dapat dihubungi. Segala hal yang saya alami dalam satu hari saya ceritakan, begitu pula halnya dengan X.
Saya merasa cocok, dan rupanya dia juga merasa cocok, lama-lama komunikasi berkembang dan diisi dengan saling merayu dan memuji cara saya berkomunikasi dan sesekali mengatakan bahwa saya tampak cantik di foto yang ada di FB. Saya memberi tahu X mengenai ciri fisik saya, dan katanya tinggi badan dia hanya berbeda 2 cm dari diri saya. Perasaan saya waktu itu benar-benar penuh dan saya merasa hidup terasa berarti dan penuh.
Pada suatu hari Minggu kita sepakat bertemu di sebuah restoran. Pada awal pertemuan, dia mengamati saya dari ujung kaki sampai ujung rambut dan berkomentar, ’Saya kira kamu tidak setinggi ini....’ Memang kecuali tinggi badan saya lebih dari kebanyakan tinggi badan perempuan lain, badan saya pun tampak besar, sementara walaupun hanya beda 2 cm, karena badan X agak ramping, jadi saya terlihat jauh lebih tinggi. Kami memesan makanan, tapi terus terang saya agak kecewa karena ternyata X agak pendiam sehingga relasi kami terasa kaku.
Setelah pesanan makanan kami habiskan, X langsung pamitan, dengan alasan ada janji di kotanya dengan seorang teman. Ibu, saya sangat terkejut ketika seminggu kemudian X mengubah statusnya yang tadinya single menjadi in-relationship. Satu bulan kemudian X menikah dan mengakhiri hubungan dengan saya.
Saya benar-benar sedih, merasa kehilangan teman bicara dan kehilangan seseorang yang selama enam bulan terakhir mengisi hati saya. Sejak itu sering saya menangis sendiri, bahkan tanpa terasa air mata sering berlinang. Ibu, saya patah hati, saya sedih dan saya merasa kehidupan ini tidak berarti lagi...,” demikian K (30 tahun).
Kasus 2:
”Ibu, istri saya selingkuh, saya tidak mau memaafkannya, saya benar-benar mau cerai dengannya. Saya perhatikan beberapa bulan terakhir ini ia selalu sibuk dengan laptopnya, katanya dia berhubungan dengan bekas teman-teman sekelasnya saat di SMA.
Tadinya saya pikir biasa saja dan saya tidak curiga sama sekali, tetapi pagi tadi saya lihat dia men-charge ponselnya, ketika saya keluar dari kamar mandi, dia cepat-cepat mencabut charger-nya dan berusaha menyembunyikan ponselnya di kantong daster yang dia pakai. Melihat gelagatnya yang gugup, saya jadi curiga dan minta ponsel yang dia pegang, tapi dia tidak memberikan, bahkan membawanya keluar. Saya tambah curiga dan saya berusaha merebutnya. Tentu saja tenaga saya lebih kuat, serentak saya buka isi ponselnya mengerikan, I love u, I miss you, dsb.
Saya penasaran dan saya buka inbox-nya, ternyata ada perjanjian ketemu di satu mal. Setelah saya tanya beberapa kali, baru dia mengaku bahwa mereka sudah tiga kali bertemu. Rupanya lelaki yang sebenarnya sudah menikah itu naksir istri saya saat masih di SMA, tetapi tidak cukup percaya diri untuk melakukan pendekatan karena banyak lelaki lain yang berminat dengan istri saya.
Kami sebenarnya sudah 24 tahun menikah dan punya dua anak yang sudah cukup dewasa, tapi saya tidak mau melanjutkan perkawinan saya. Anak-anak sudah dewasa. Kalau saya ceritakan bahwa ibunya selingkuh, pasti mereka memahami kalau saya mau menceraikan ibunya...,” demikian L (53 tahun).
Jadi apa kesimpulan yang bisa kita ambil,, tentu tak semua cerita berakhir seperti curhatan-curhatan diatas.. Tapi tak ada salahnya untuk kita berhati-hati,, jadi gunakanlah facebook dengan bijaksana..

Kasus 1:
”Ibu, sudah dua tahun ini saya merasa tidak berdaya, merasa hampa, enggan melakukan apa pun, malas, tidak tahu apa yang sebenarnya diharapkan dari hidup ini. Kadang tersirat keinginan untuk mati saja, rasanya hidup saya tidak berharga lagi. Saya merasa teman-teman hanya mengambil manfaat atas hidup saya, dan tidak satu teman pun yang betul-betul mengerti saya.
Walaupun umur saya sudah 30 tahun, saya tidak pernah berniat untuk mencari pacar dari dunia maya, tetapi orang ini terus-menerus menghubungi saya sehingga lama-lama saya jadi terbiasa setiap hari sekitar satu-dua jam berkomunikasi melalui FB dan akhirnya juga menggunakan SMS. Lama-kelamaan saya merasa nyaman punya teman yang setiap pulang kantor dapat dihubungi. Segala hal yang saya alami dalam satu hari saya ceritakan, begitu pula halnya dengan X.
Saya merasa cocok, dan rupanya dia juga merasa cocok, lama-lama komunikasi berkembang dan diisi dengan saling merayu dan memuji cara saya berkomunikasi dan sesekali mengatakan bahwa saya tampak cantik di foto yang ada di FB. Saya memberi tahu X mengenai ciri fisik saya, dan katanya tinggi badan dia hanya berbeda 2 cm dari diri saya. Perasaan saya waktu itu benar-benar penuh dan saya merasa hidup terasa berarti dan penuh.
Pada suatu hari Minggu kita sepakat bertemu di sebuah restoran. Pada awal pertemuan, dia mengamati saya dari ujung kaki sampai ujung rambut dan berkomentar, ’Saya kira kamu tidak setinggi ini....’ Memang kecuali tinggi badan saya lebih dari kebanyakan tinggi badan perempuan lain, badan saya pun tampak besar, sementara walaupun hanya beda 2 cm, karena badan X agak ramping, jadi saya terlihat jauh lebih tinggi. Kami memesan makanan, tapi terus terang saya agak kecewa karena ternyata X agak pendiam sehingga relasi kami terasa kaku.
Setelah pesanan makanan kami habiskan, X langsung pamitan, dengan alasan ada janji di kotanya dengan seorang teman. Ibu, saya sangat terkejut ketika seminggu kemudian X mengubah statusnya yang tadinya single menjadi in-relationship. Satu bulan kemudian X menikah dan mengakhiri hubungan dengan saya.
Saya benar-benar sedih, merasa kehilangan teman bicara dan kehilangan seseorang yang selama enam bulan terakhir mengisi hati saya. Sejak itu sering saya menangis sendiri, bahkan tanpa terasa air mata sering berlinang. Ibu, saya patah hati, saya sedih dan saya merasa kehidupan ini tidak berarti lagi...,” demikian K (30 tahun).
Kasus 2:
”Ibu, istri saya selingkuh, saya tidak mau memaafkannya, saya benar-benar mau cerai dengannya. Saya perhatikan beberapa bulan terakhir ini ia selalu sibuk dengan laptopnya, katanya dia berhubungan dengan bekas teman-teman sekelasnya saat di SMA.
Tadinya saya pikir biasa saja dan saya tidak curiga sama sekali, tetapi pagi tadi saya lihat dia men-charge ponselnya, ketika saya keluar dari kamar mandi, dia cepat-cepat mencabut charger-nya dan berusaha menyembunyikan ponselnya di kantong daster yang dia pakai. Melihat gelagatnya yang gugup, saya jadi curiga dan minta ponsel yang dia pegang, tapi dia tidak memberikan, bahkan membawanya keluar. Saya tambah curiga dan saya berusaha merebutnya. Tentu saja tenaga saya lebih kuat, serentak saya buka isi ponselnya mengerikan, I love u, I miss you, dsb.
Saya penasaran dan saya buka inbox-nya, ternyata ada perjanjian ketemu di satu mal. Setelah saya tanya beberapa kali, baru dia mengaku bahwa mereka sudah tiga kali bertemu. Rupanya lelaki yang sebenarnya sudah menikah itu naksir istri saya saat masih di SMA, tetapi tidak cukup percaya diri untuk melakukan pendekatan karena banyak lelaki lain yang berminat dengan istri saya.
Kami sebenarnya sudah 24 tahun menikah dan punya dua anak yang sudah cukup dewasa, tapi saya tidak mau melanjutkan perkawinan saya. Anak-anak sudah dewasa. Kalau saya ceritakan bahwa ibunya selingkuh, pasti mereka memahami kalau saya mau menceraikan ibunya...,” demikian L (53 tahun).
Jadi apa kesimpulan yang bisa kita ambil,, tentu tak semua cerita berakhir seperti curhatan-curhatan diatas.. Tapi tak ada salahnya untuk kita berhati-hati,, jadi gunakanlah facebook dengan bijaksana..
0 komentar:
Posting Komentar
Sepatah komentar anda sangat bermanfaat bagi saya. *senyum lima belas centi*