
Malam berkejaran dengan hidup, dan separuh perjalanan dihabiskan dengan doa sayup-sayup
Pernah lewati sepi dan ramai, lalu belajar hening dan bunyi, tak ada yang setenang lagumu
Tak terasa sudah 22 tahun berlalu sejak kemunculanku pertama kali di dunia. Rasanya baru kemarin jatuh bangun belajar berdiri dan ingus masih harus diusap ibu. Baru kemarin gembira bukan main saat mendaftar kesekolah pertama kali. Baru sesaat yang lalu sepertinya belajar trigonometri, hukum Keppler dan nama-nama genus. Baru sesaat yang lalu rasanya berdebar-debar menunggu hasil Ujian Akhir Nasional. Baru sesaat yang lalu rasanya.. hmm..
Sekarang sudah lama sejak aku tak menetap lagi di kota kelahiranku, Wonosobo. Berpindah-pindah demi yang namanya pekerjaan. Ya aku telah bekerja. Sudah hampir empat tahun dan sudah beberapa kota aku singgahi. Semarang, Tanjung Balai Karimun dan sekarang Tangerang. Rasanya hidup berputar dengan cepat dan hanya menyisakan kenangan sebagai kendaraan kita menempuh jarak masa lalu. Tahun ini aku menjadi seorang pelajar lagi, meskipun pada kenyataannya sebenarnya kita adalah pelajar seumur hidup. Tapi status ini terasa sangat berbeda. Rasanya sudah lama tidak memanfaatkan otak ini untuk mencerna materi. Yah perjuangan baru saja dimulai kawan. :)
Bicara soal umur, tentu saja masih banyak mimpi-mimpi yang belum terwujud. Banyak. Dan aku yakin jalan untuk mencapainya tidak mudah. Masih banyak yang harus aku lakukan, masih banyak yang harus aku perbaiki.Yap memperbaiki. Terutama memperbaiki diri. Dan itulah resolusi untuk tahun ini. Diumur 22ku. Memperbaiki diri. Semangat!!
Benderang masih jauh di utopia,
Tak ada yang istimewa, hanya jiwa yang masih meraba.
Dan hati yang masih menata.
0 komentar:
Posting Komentar
Sepatah komentar anda sangat bermanfaat bagi saya. *senyum lima belas centi*