Bayangkan kamu dipenjara oleh golongan yang sangat berbeda denganmu selama 30 tahun. Dan kemudian nasib menunjukkan jalan dengan menjadikanmu pemimpin yang termasuk didalam kekuasaanmu itu orang-orang yang dulu memenjarakanmu. Apa yang akan kamu lakukan?
Ya. Jujur sebagian besar dari kita pasti akan berpikir untuk membalas mereka. Benar? Tapi tidak dengan apa yang dilakukan oleh orang ini. Dia merangkul mereka. Dia mengajak mereka untuk membangun bersama negeri yang dia pimpin. Karena menurutnya saat itu negeri itu memerlukan semua sumber yang ada untuk membangun negeri itu. Walaupun dengan menggunakan batu bata yang berbeda warnanya.
Dia adalah Nelson Mandela. Bahkan ketika sebagian besar rakyatnya yang kulit hitam memintanya untuk menghentikan olahraga yang orang-orang kulit putih gemari dia menolaknya. Olahraga itu bernama rugby. Ya, orang-orang kulit putih di negara itu sangat menggemari rugby, berbeda dengan orang-orang kulit hitam yang sangat menggemari sepakbola. Bahkan karena perbedaan ini orang-orang kulit hitam disana akan mendukung tim manapun asal bukan tim rugby springboks yang notabene merupakan timnas mereka.
Namun hal itu coba diubah oleh Mandela. Dia menganggap orang-orang kulit putih adalah bagian dari warga negaranya, dan masih memegang peran yang penting dalam membangun negara tersebut. Maka ketika komite olahraga negara tersebut mencoba menghilangkan tim springboks, dia menentangnya. Dia mengatakan “Jika kita menghapus apa yang mereka sukai, kita akan kehilangan mereka. Kita akan membuktikan apa yang mereka cemaskan. Kita harus lebih baik dari itu”
Kebetulan, Piala Dunia Rugby akan diadakan di Afrika Selatan setahun lagi dari saat itu. Maka Mandela pun mengundang Kapten tim Springboks. Dia mengutarakan keinginannya. Yang tidak lain adalah harapannya agar tim Rugby Afrika Selatan bisa menjadi juara dunia. Padahal saat itu permainan mereka jelek. Maka dimulailah latihan yang keras dari tim itu. Dan ditambah satu tugas khusus dari sang Presiden, memberikan pelatihan kepada anak-anak kecil ke seantero negeri. Kampanye yang diusung Mandela saat itu adalah One Team, One Country.
Sebelum pertandingan pertama mereka di Piala Dunia, Mandela mendaratkan helikopternya di lapangan tempat latihan Tim Springboks. Dia menjabat satu persatu anggota tim dan menyebut nama mereka yang sudah dia hapalkan satu persatu. Dia memberi kapten tim secarik kertas. Di dalam kertas itu tertulis sebuah puisi yang menurut Mandela membantunya selama ini dan dia berharap dapat membantu tim itu juga. Puisi itu berjudul Invictus (tidak pernah kalah).
Invictus
Out of the night that covers me,
Black as the Pit from pole to pole,
I thank whatever gods may be
For my unconquerable soul.
In the fell clutch of circumstance
I have not winced nor cried aloud.
Under the bludgeonings of chance
My head is bloody, but unbowed.
Beyond this place of wrath and tears
Looms but the Horror of the shade,
And yet the menace of the years
Finds, and shall find, me unafraid.
It matters not how strait the gate,
How charged with punishments the scroll.
I am the master of my fate:
I am the captain of my soul.
William Ernest Henley
Singkat cerita, melalui perjuangan yang keras tim itu berhasil mencapai final. Dan apa yang dicita-citakan Mandela terwujud, stadion dipenuhi pelangi, orang kulit putih dan orang kulit hitam. Mereka menyanyikan lagu kebangsaan yang sama. Mereka mengenakan seragam yang sama. Dan mereka sama-sama mendukung satu tim. Springboks.
Dapatkah mereka menjuarai piala dunia? Tonton saja filmnya. hehehe
TBK, 26 Maret 2012
1 komentar:
salam sukses :)
Posting Komentar
Sepatah komentar anda sangat bermanfaat bagi saya. *senyum lima belas centi*