Aku, 5 Sya'ban dan 25 tahun.

Hanya sebentar menikmati waktu, kemudian tersadar bahwa hari-hari telah jauh membawa kita. Membawa tawa lugu kita saat kecil menjadi tawa kita pada keanehan-keanehan dunia. Mungkin kita sendiri yang aneh, lalu kemudian kita lebih sering menertawai diri sendiri daripada membereskan keanehan-keanehan itu. Ah. Waktu memang seringkali menghadirkan persepsi berbeda tentang dunia. Tentang kita.

Seperti hari ini, aku ingin melihat duniaku dari persepsi waktu yang berbeda. Persepsi bulan. Ya bulan. Berdasarkan  penanggalan bulan (tahun hijriah) saat ini, saat aku menulis tulisan ini waktu menunjuk ke satu tanggal. Tanggal 5 Sya'ban. Tidak seperti penanggalan masehi, pergantian hari tahun hijriah terjadi saat maghrib.

Ku beritahu engkau kawan tanggal 5 sya'ban dalam persepsi waktu yang berbeda adalah hari dimana aku dilahirkan. Ya hari ini. 25 tahun yang lalu dalam persepsi waktu ini.

"Ada kenangan yang terjala nelayan sepi

perih manisnya menggeliat sunyi

sesaat aku nikmati masa-masa

selintas aku nikmati rasa-rasa"

25 tahun. Ada banyak rangkaian kejadian. Rangkaian pilihan. Rangkaian rasa. Rangkaian duka suka. Yang kemudian menjadikanku seperti yang ada pada hari ini. Dan entah sudah berapa banyak kebodohan dan betapa sedikitnya pembelajaran yang aku jalani dalam proses berkehidupan. Tapi setidaknya hari ini aku masih bisa mengenang sekaligus merenungi. Apalagi yang tersisa dari masalalu kalau bukan perenungan?

Perjalanan hidup adalah perjalanan yang tidak pernah kita tahu seberapa lama dia akan kita jalani. Ujung yang sama tetapi berbeda waktu tempuh. Ah lagi-lagi waktu. Sepertinya baru sesaat yang lalu "merayakan" pergantian usia dipersepsi waktu yang lain, hari ini waktu sudah mengantarkan lagi disalah satu titik. Titik dimana hidup sekali lagi mengingatkan tentang kenangan sekaligus impian.

“..Adapun buih itu akan hilang sebagai sesuatu yang tiada harganya. Adapun yang memberi manfaat kepada manusia, ia akan tetap tinggal di bumi..”

(Ar Ra’d 17)